Blog ini berisi tulisan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi A UNJ angkatan 2015 tentang permasalahan pendidikan. Seluruh tulisan ini dibuat sebagai syarat mengikuti Ujian Akhir Semester mata kuliah Bahasa Indonesia, Juni 2016.



Dewi Aisyah: Pendidikan Karakter dalam Kehidupan Sosial


Penulis dapat dihubungi melalui surel ini: dewiaisyah1234@gmail.com

Problem kebangsaan kontemporer sangat kompleks, mulai dari tawuran, narkoba, korupsi, kemiskinan, hingga konflik sosial yang dapat mengancam disintegrasi bangsa. Namun, dalam pelaksanaannya di sekolah, pendidikan karakter belum optimal dijalankan. Sebenarnya banyak masalah pendidikan saat ini yang memprihatinkan, tetapi yang menjadi perhatian saat ini adalah moral anak-anak bangsa yang merosot. Yang seharusnya siswa-siswi yang menjadi tolak ukur penerus bangsa malah banyak membuat masalah-masalah yang membuat para netizen, bukan hanya Indonesia tetapi luar Indonesia.

Bagaimana tidak membuat tercengang, banyak anak-anak yang masih berstatus pelajar menjadi tersangka dalam beberapa kasus di Indonesia, yang membuat masyarakat tercengang. Banyak kasus seperti contohnya saja pembunuhan anak SMP baru-baru ini yang dilakukan temannya sendiri hanya karena masalah sepele, lalu kasus yang sangat gempar pemerkosaan terhadap adik kelasnya sendiri yang dilakukan bersama teman-temannya 14 orang, lalu ada juga seorang guru yang dimasukkan ke penjara hanya karena menegur siswinya yang tidak menurut, dan masih banyak lagi kasus-kasus berbau pendidikan yang lalu-lalu. Tetapi, bukannya berkurang malah semakin bertambah, tidak tahu harus menyalahkan pemerintahkah sebagai penegak hukum atau pergaulannya atau malah menyalahkan keluarga dan orang tua mereka.

Karena kita tidak tau harus menyalahkan siapa tetapi, menurut saya bahwa sudah seharusnya sedari sekarang diterapkan pendidikan karakter berbasis sosial bukan hanya untuk siswa-siswi tetapi untuk semua masyarakat Indonesia. Pendidikan sosial dapat dikatakan mempunyai maksud pokok dalam membantu proses perkembangan sosial. Ini bukanlah suatu yang memuaskan jika jangka proses sosial individu diterangkan sendiri. Maksudnya dalam artian dimana individu itu hidup, di zaman dan dilingkungan keluarga dan lingkungan sosial seperti apa dia hidup. Karena semua itu berpengaruh kepada individu tersebut. Termasuk tujuan dan masalah sosial dari suatu masyarakat yang pastinya berbeda-beda. Tetapi suatu pendidikan dan politik yang efektif dalam perkembangan dan pertumbuhan suatu masyarakat sangat berpengaruh, yang berhubungan pada kebutuhan dan keinginan masyarakat. Maka dari itu diperlukan inisiatif politik pendidikan sosial bagi masyarakat.

Pendidikan karakter, hadir atas keprihatinan kondisi dekadensi moral yang dari hari ke hari semakin akut. Ya saya setuju dengan adanya ini atas masalah-masalah pendidikannya dengan di masukkan nya model pendidikan seperti ini yang harus nya sudah ada didalam kurikulum. Tujuannya ialah mencapai perbaikan moral, keadaan sosial dan ekonomi (untuk mencapai pendidikan serta kehidupan yang lebih baik). Gerakan-gerakan apa saja yang mendorong untuk mencapai tujuan ini tentunya dapat meningkatkan kemajuan sosial bagi masyarakat. Seperti bagi masyarakat Indonesia Pancasila adalah sebagai dasar prinsip kehidupan sosial untuk membentuk moral dan perilaku masyarakat indonesia. Begitu pun pendidikan karakter berbasis sosial yang saya maksud untuk menciptakan masyarakat yang bermoral dan bernilai baik.

Karena kalau bukan adanya sebuah gerakan baru untuk merubah moral anak bangsa maka akan semakin banyak masalah-masalah yang terjadi didalam bidang pendidikan. Dan saya berharap bahwa pendidikan karakter ini bisa terwujud dengan baik, karena kalau masyarakatnya tidak mendukung maka kebijakan pemerintah pun tidak akan terwujud. Kita tidak bisa selalu menyalahkan pemerintah, karena kita juga harus ikut ambil andil dalam perubahan ini. Seperti kalau kita seorang pendidik kita harus memberikan contoh dan perilaku sebagai pendidik yang baik, dan begitu pun peran orang tua yang menjadi aktor yang sangat berperan dalam sosialisasi pertama bagi individu apabila kita mendidik dan memberikan perhatian cukup serta mengawasi bagaimana anak kita bergaul akan membuat anak yang disiplin dan menaati aturan dan bisa menjadi benteng pertahanan dalam pergaulan diluar keluarga.

Jadi pendidikan karakter berfungsi sebagai pengungkit untuk memulai proses dari perbaikan sosial. Yang bisa digambarkan sebagai suatu rencana yang tak disangka untuk memulai saling mempengaruhi diantara seluruh penduduk dari suatu apa yang diketahui masyarakat melalui penyediaan pengetahuan yang minimum dan kecakapan-kecakapan untuk menyelesaikan masalah praktis dari sekitar lingkungan keluarga, lalu jadi mencoba membangun baik kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial.

Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini. Karena yang saya katakan bahwa yang melemah bukan hanya moral dan nilai tetapi kepercayaan terhadap pemerintah bisa menimbulkan konflik yang besar. Peran pendidikan untuk mengajarkan model pendidikan ini sebenarnya sudah dilakuan di Indonesia dengan menyelip kan nilai-nila agama dan moral dalam setiap pembelajaran, tetapi mungkin krang efektif karena menurunnya moral pendidik juga, jadi bukan hanya untuk peserta didik tetapi untuk pendidik  juga model pendidikan karakter ini sangat penting. Saya mengutip kata-kata dari Dr. Martin Luther King, yakni “intelligence plus character that is the goal of true education” (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya). Dan pendidikan karakter menurut saya adalah pilihan yang paling tepat untuk indonesia untuk menghadapi kenaikan jumlah penduduk, untuk persaingan ekonomi Indonesia, dan yang paling penting adalah membangun karakter bermoral dan bernilai untuk bangsa indonesia agar bisa bersaing dengan negara lain dan merubah karakter yang merosot pada anak bangsa.

Komentar