Blog ini berisi tulisan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi A UNJ angkatan 2015 tentang permasalahan pendidikan. Seluruh tulisan ini dibuat sebagai syarat mengikuti Ujian Akhir Semester mata kuliah Bahasa Indonesia, Juni 2016.



Muthia Adriqni: Pendidikan Moral Melalui Keluarga


Keluarga merupakan agen sosialisasi yang paling dasar yang mengajarkan tentang bagaimana caranya berinteraksi dengan dunia luar nantinya. Jika peran keluarga ini kurang dalam membentuk kepribadian seorang anak maupun individu, maka bisa terjadi penyimpangan pada diri anak ataupun individu tersebut nantinya. Seperti yang dijelaskan Lickona dalam Musfiroh, terdapat sepuluh tanda perilaku manusia yang menunjukkan arah kehancuran suatu bangsa, yaitu meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, ketidak jujuran yang menjadi budaya, semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orangtua, pengaruh peer group terhadap tindakan kekerasan, meningkatnya kecurigaan dan kebencian, penggunaan bahasa yang memburuk, penurunan etos kerja, menurunnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, meningginya perilaku merusak diri, dan semakin kaburnya pedoman moral. Adapun dalam hal ini, keluarga bisa menjadi aspek yang paling penting untuk membentuk nilai moral pada diri individu.

Menurut Suseno, sikap moral yang sebenarnya disebut moralitas, yang diartikan sebagai sikap hati seseorang yang terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas terjadi apabila orang mengambil sikap yang baik karena ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan karena mencari keuntungan. Dengan demikian, moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih.

Keluarga menjadi suatu pedoman individu dalam suatu masa perkembangannya, baik perkembangan fisik ataupun yang lainnya. Hubungan antara orangtua dan anak sangatlah erat karena didalamnya terjadi interaksi sosial. Selain karena faktor biologis, adanya ikatan emosional juga menjadi salah satu faktor. Keluarga menjadi suatu wadah berinteraksi dari diri manusia dengan lingkungan terkecilnya yaitu keluarga. Sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan yang paling utama, keluarga mempunyai peranan penting dalam penanaman dan pengembangan nilai moral.

Pembinaan moral yang terjadi di lingkungan keluarga mempunyai aspek agama didalamnya, sehingga seorang individu atau manusia itu memiliki hukum akhirat yang jika seseorang itu memiliki kesadaran dan tanggung jawab akan apa yang dikerjakannya, maka otomatis ia tidak akan melanggar suatu nilai moral yang sudah ada di dalam lingkungannya.

Menurut Dobbert dan Winkler, ada empat fungsi dan peran keluarga yang sangat strategis dan penting, yaitu:

1. Identification Process
Proses identifikasi adalah proses dimana memahami, mengerti, merespons, dan memilih nilai-nilai. Dalam hal ini, keluarga ataupun orangtua mempunyai peranan membimbing dan mempengaruhi anak agar mengetahui nilai-nilai.

2. Internalization Process
Pada proses ini, nilai-nilai diserap dan dibantinkan dalam diri anak, sehingga menjadi sistem atau tatanan. Pada proses ini, orangtua dan keluarga kembali menjadi pembimbing dalam menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai sistem atau tatanan pada diri anak.

3. Proses Pemodelan
Jika pada proses sebelumnya si anak sudah berhasil membatinkan nilai-nilai tersebut pada dirinya, maka proses selanjutnya adalah proses pemodelan atau proses pelakonan nilai-nilai.

4. Direct Reproduction
Jika pada sebelumnya yaitu proses pemodelan si anak berhasil melakukan proses pelakonan terhadap nilai-nilainya, maka proses selanjutnya anak telah mampu isi pesan perilaku yang ia kerjakan pada dirinya sendiri. Dengan kata lain, pada proses ini nilai-nilai sudah menjadi pribadi dalam diri anak tersebut.

Dari fungsi dan peran di atas, dapat ditarik kesimpulan sebenarnya orangtua dan keluarga hendaknya menguasai atau mengetahui cara pengasuhan yang benar untuk anaknya sehingga dapat terciptanya nilai-nilai yang nantinya akan menjadi kepribadian dalam diri anak tersebut. Di dalam keluarga, pendidikan dilaksanakan bukan atas dasar tatanan ketentuan yang diformalkan, tetapi tumbuh dari kesadaran moral sejati antar anggota keluarga antara orangtua dan anak. Dengan demikian, pendidikan nilai di dalam keluarga dibangun atas dasar emosional bukan atas dasar rasional.

Komentar