Sering kita melihat, banyak anak yang
berperilaku tidak baik. Puncaknya yang sekarang terjadi, banyak anak dibawah
umur 17 tahun (usia anak sekolah) melakukan tindak kejahatan yang sangat tidak
manusiawi seperti pemerkosaan dan pembunuhan. Contoh kasusnya adalah, kasus
pembunuhan cangkul. Banyak masyarakat bertanya-tanya, bagaimana anak yang masih
dibawah umur dapat melakukan tindak kejahatan seperti pembunuhan dan
pemerkosaan. Tentu, masalah ini adalah masalah bersama. Namun, tindak
kejahatan sepertinya seharusnya dapat dicegah dengan melaksanakan pendidikan
karakter. Belum lagi kegiatan-kegiatan yang sekolah lakukan justru menjadi pemborosan.
Dalam mengatasi problem kebangsaan kontemporer yang sangat kompleks pada saat
ini. Model pembelajaran pendidikan karakter sangat cocok dalam mengatasi
problem kebangsaan ini.karena di dalam pendidikan karakter terdapat pendekatan, seperti:
keteladanan, kegiatan, penugasan (pendampingan), pembiasaan, ko-kreasi (keterlibatan
aktif siswa).
Terutama di dalam pembiasaan dan
keteladanan. Di dalam membentuk karakter anak, keteladanan sangat penting
karena dalam penanaman karakter keteladanan merupakan metode yang lebih efektif
dan efisien, karena peserta didik pada umumnya cenderung meneladani (meniru)
guru atau pendidiknya. Dan jika pendidikan karakter itu dilakukan sejak dini,
semua memori tentang keteladanan yang guru berikan akan diingat seumur hidup
oleh anak. Maka kasus seperti korupsi, tawuran, pemerkosaan, bahkan pembunuhan
dan lain-lain tidak akan terjadi. karena keteladanan yang anak rekam sejak
kecil akan membentuk kepribadiannya saat dewasa nanti. namun, guru disini
sangat berperan dalam menentukan sukses atau tidaknya metode ini. Karena, jika
perilaku guru juga tidak dapat mencerminkan teladan yang dapat diteladani
anak, justru metode keteladanan hanya akan sia-sia. Karena, anak justru akan
mencontoh perilaku-perilaku guru yang buruk dimasa yang akan datang. Jika
kita kaitkan dengan masalah pemerkosaan dan pembunuhan, perilaku guru yang
buruk seperti memarahi, memukul, dan memberikan tugas yang berlebihan dapat
membuat siswa stress dan nantinya akan membuat siswa mencari kesenangannya
sendiri dalam mengatasi kejenuhannya. Dan memarahi dan memukul membangun sikap
siswa yang buruk. Mungkin bagi sebagian masyarakat yang menganggap bahwa guru
dalam memarahi dan memukul siswa itu adalah suatu kewajaran jika siswa tersebut
melakukan kesalahan. Namun, jika sikap perilaku buruk guru tersebut justru
menjadi contoh mereka dalam bersikap agresif, siapa yang dapat dipersalahkan?
anak tidak akan melakukan tindak kejahatan jika dia belum pernah melihat
sebelumnya.
Agar pendidikan karakter berjalanan
secara optimal, dengan cara pemerintah ikut campur dalam membuat
program-program di dalam sekolah yang bertema pendidikan karakter dan juga
turut mengawasi jalannya program. Misal: pada saat hari kemerdekaan, sekolah
sering mengadakan lomba-lomba yang kurang diminati siswa, terutama di SMP dan
SMA. Menurut saya, lomba-lomba yang dilaksanakan tidaklah memberikan teladan
yang efektif bagi murid dan juga merupakan pemborosan, karena kebanyakan
lomba-lomba yang dilaksanakan sekolah, murid kurang aktif dalam berpartisipasi.
Melalui pengalaman yang saya rasakan sebagai seorang murid, murid SMP dan SMA
sudah mulai malu untuk mengikuti lomba-lomba yang diselenggarakan pihak
sekolah. Dana yang seharusnya untuk lomba-lomba daripada sia-sia lebih baik
dananya dikumpulkan untuk membantu anak-anak yang kurang mampu, terutama anak
yang putus sekolah dan dari situ sekolah bisa mengabadikan kegiatan-kegiatan itu
dalam bentuk film yang nantinya akan diputar saat hari kemerdekaan,
disitu pihak sekolah dapat memberikan teladan dan pembiasaan kepada anak, bahwa
saat kita merayakan sesuatu tidaklah harus dengan kemewahan atau mengadakan
kegiatan-kegiatan yang tidak perlu, kalau bisa kita harus selalu berbagi
kepada mereka yang kurang beruntung. Disitu, siswa pasti akan merenung apa saja
yang sudah mereka lewati dalam hidupnya dan betapa beruntungnya hidup mereka,
dengan membantu juga mengajarkan anak tentang nilai-nilai perjuangan bagaimana
anak-anak yang kurang mampu dapat bertahan dan terus bermimpi dan mempunyai
harapan untuk hidupnya, dan jika kita lihat perjuangan bangsa ini, negara
Indonesia ini juga dulu hanyalah negara angan-angan dan impian namun dari
angan-angan itu, para pejuang terus memperjuangkan angan-angan dan mimpi
mereka. Dan juga, banyak pesan-pesan moral yang terkandung di dalam kegiatan
tersebut. Pemerintah dapat mengawasi jalannya program dengan sekolah
memasukkan kegiatannya tadi dalam film dan juga memvideokan ketika anak menonton
film itu, sekolah dapat menguploadnya di website sekolah. Dan nantinya film
campuran antara kegiatan sekolah dan siswa yang menonton kegiatan itu dapat
diakses seluruh masyarakat, dan keteladanan yang dirasakan siswa tidak hanya
siswa yang merasakan namun masyarakat lain pun dapat menonton juga. Nantinya
kita akan mendapat 3 keuntungan dalam melakukan program ini, seperti:
- Anak akan mendapat teladan dari kegiatan tersebut.
- Sekolah dapat termotivasi dan lebih kreatif dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan sekolah yang bermanfaat.
- Semua kegiatan sekolah dapat dirasakan tidak hanya masyarakat yang ada di sekolah. Namun, seluruh kalangan dapat mengambil sisi positif dari kegiatan sekolah tersebut.
Komentar
Posting Komentar