Blog ini berisi tulisan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi A UNJ angkatan 2015 tentang permasalahan pendidikan. Seluruh tulisan ini dibuat sebagai syarat mengikuti Ujian Akhir Semester mata kuliah Bahasa Indonesia, Juni 2016.



Veronica: Pendidikan Karakter Sebagai Solusi dalam Mengatasi Degradasi Moral


Sering kita melihat, banyak anak yang berperilaku tidak baik. Puncaknya yang sekarang terjadi, banyak anak dibawah umur 17 tahun (usia anak sekolah) melakukan tindak kejahatan yang sangat tidak manusiawi seperti pemerkosaan dan pembunuhan. Contoh kasusnya adalah, kasus pembunuhan cangkul. Banyak masyarakat bertanya-tanya, bagaimana anak yang masih dibawah umur dapat melakukan tindak kejahatan seperti pembunuhan dan pemerkosaan.  Tentu, masalah ini adalah masalah bersama. Namun, tindak kejahatan sepertinya seharusnya dapat dicegah dengan melaksanakan pendidikan karakter. Belum lagi kegiatan-kegiatan yang sekolah lakukan justru menjadi pemborosan. Dalam mengatasi problem kebangsaan kontemporer yang sangat kompleks pada saat ini. Model pembelajaran pendidikan karakter sangat cocok dalam mengatasi problem kebangsaan ini.karena di dalam pendidikan karakter terdapat pendekatan, seperti: keteladanan, kegiatan, penugasan (pendampingan), pembiasaan, ko-kreasi (keterlibatan aktif siswa).

Terutama di dalam pembiasaan dan keteladanan. Di dalam membentuk karakter anak, keteladanan sangat penting karena dalam penanaman karakter keteladanan merupakan metode yang lebih efektif dan efisien, karena peserta didik pada umumnya cenderung meneladani (meniru) guru atau pendidiknya. Dan jika pendidikan karakter itu dilakukan sejak dini, semua memori tentang keteladanan yang guru berikan akan diingat seumur hidup oleh anak. Maka kasus seperti korupsi, tawuran, pemerkosaan, bahkan pembunuhan dan lain-lain tidak akan terjadi. karena keteladanan yang anak rekam sejak kecil akan membentuk kepribadiannya saat dewasa nanti. namun, guru disini sangat berperan dalam menentukan sukses atau tidaknya metode ini. Karena, jika perilaku guru juga tidak dapat mencerminkan teladan yang dapat diteladani anak, justru metode keteladanan hanya akan sia-sia. Karena, anak justru akan mencontoh perilaku-perilaku guru yang buruk  dimasa yang akan datang. Jika kita kaitkan dengan masalah pemerkosaan dan pembunuhan, perilaku guru yang buruk seperti memarahi, memukul, dan memberikan tugas yang berlebihan dapat membuat siswa stress dan nantinya akan membuat siswa mencari kesenangannya sendiri dalam mengatasi kejenuhannya. Dan memarahi dan memukul membangun sikap siswa yang buruk. Mungkin bagi sebagian masyarakat yang menganggap bahwa guru dalam memarahi dan memukul siswa itu adalah suatu kewajaran jika siswa tersebut melakukan kesalahan. Namun, jika sikap perilaku buruk guru tersebut justru menjadi contoh mereka dalam bersikap agresif, siapa yang dapat dipersalahkan? anak tidak akan melakukan tindak kejahatan jika dia belum pernah melihat sebelumnya.

Agar pendidikan karakter berjalanan secara optimal, dengan cara pemerintah ikut campur dalam membuat program-program di dalam sekolah yang bertema pendidikan karakter dan juga turut mengawasi jalannya program. Misal: pada saat hari kemerdekaan, sekolah sering mengadakan lomba-lomba yang kurang diminati siswa, terutama di SMP dan SMA. Menurut saya, lomba-lomba yang dilaksanakan tidaklah memberikan teladan yang efektif bagi murid dan juga merupakan pemborosan, karena kebanyakan lomba-lomba yang dilaksanakan sekolah, murid kurang aktif dalam berpartisipasi. Melalui pengalaman yang saya rasakan sebagai seorang murid, murid SMP dan SMA sudah mulai malu untuk mengikuti lomba-lomba yang diselenggarakan pihak sekolah. Dana yang seharusnya untuk lomba-lomba daripada sia-sia lebih baik dananya dikumpulkan untuk membantu anak-anak yang kurang mampu, terutama anak yang putus sekolah dan dari situ sekolah bisa mengabadikan kegiatan-kegiatan itu dalam bentuk  film yang nantinya akan diputar saat hari kemerdekaan, disitu pihak sekolah dapat memberikan teladan dan pembiasaan kepada anak, bahwa saat kita merayakan sesuatu tidaklah harus dengan kemewahan atau mengadakan kegiatan-kegiatan yang tidak perlu, kalau bisa kita harus selalu berbagi kepada mereka yang kurang beruntung. Disitu, siswa pasti akan merenung apa saja yang sudah mereka lewati dalam hidupnya dan betapa beruntungnya hidup mereka, dengan membantu juga mengajarkan anak tentang nilai-nilai perjuangan bagaimana anak-anak yang kurang mampu dapat bertahan dan terus bermimpi dan mempunyai harapan untuk hidupnya, dan jika kita lihat perjuangan bangsa ini, negara Indonesia ini juga dulu hanyalah negara angan-angan dan impian namun dari angan-angan itu, para pejuang terus memperjuangkan angan-angan dan mimpi mereka. Dan juga, banyak pesan-pesan moral yang terkandung di dalam kegiatan tersebut. Pemerintah dapat mengawasi jalannya program dengan sekolah memasukkan kegiatannya tadi dalam film dan juga memvideokan ketika anak menonton film itu, sekolah dapat menguploadnya di website sekolah. Dan nantinya film campuran antara kegiatan sekolah dan siswa yang menonton kegiatan itu dapat diakses seluruh masyarakat, dan keteladanan yang dirasakan siswa tidak hanya siswa yang merasakan namun masyarakat lain pun dapat menonton juga. Nantinya kita akan mendapat 3 keuntungan dalam melakukan program ini, seperti:
  1. Anak akan mendapat teladan dari kegiatan tersebut.
  2. Sekolah dapat termotivasi dan lebih kreatif dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan sekolah yang bermanfaat.
  3. Semua kegiatan sekolah dapat dirasakan tidak hanya masyarakat yang ada di sekolah. Namun, seluruh kalangan dapat mengambil sisi positif dari kegiatan sekolah tersebut.

Komentar