Membicarakan karakter merupakan hal
yang sangat penting dan mendasar, karena karakter adalah tabiat yang dimiliki
oleh manusia yang dapat membedakannya dengan binatang. Tanpa adanya karakter
pada diri manusia maka dapat membentuk sifat rakus. Manusia yang memiliki
karakter yang kuat dan baik ialah manusia yang memiliki akhlak, moral dan budi
pekerti yang baik. Mengingat begitu buruknya karakter anak bangsa yang
disebabkan oleh kurangnya pendidikan karakter oleh pendidik, maka lembaga
pendidikan dirasa memiliki tanggung jawab yang besar untuk menanamkan kembali
pendidikan karakter pada tiap peserta didik melalui proses pembelajaran yang
tepat.
Pembelajaran pada peserta didik dengan
pendidikan karakter yang kuat sangat dianjurkan untuk menghilangkan krisis
moral pada anak bangsa yang akhir-akhir ini sering terjadi di negara kita.
Krisis moral tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya
angka kekerasan pada kalangan anak-anak dan remaja, penyalahgunaan narkoba,
tawuran, pornografi, dan pemerkosaan yang berujung dengan kematian sudah
menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas.
Akibat yang ditimbulkan sudah cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap
sebagai persoalan sederhana karena tindakan ini telah menjurus kepada tindakan
kriminal.
Kondisi krisis moral ini menandakan
bahwa seluruh pengetahuan agama maupun moral yang diperoleh dari sekolah juga
dirasa kurang untuk mencapai perubahan perilaku manusia di Indonesia. Banyak
orang beranggapan bahwa hal demikian terjadi justru berasal dari dunia
pendidikan. Model pembelajaran yang pasif dan hanya memberikan pendidikan moral
dan budi pekerti sebatas teks tanpa adanya implementasi pada kehidupan yang kompleks
ini diduga menjadi salah satu masalah bagi institusi sekolah dan para pendidik
yang perlu dikoreksi lagi untuk seharusnya lebih memperhatikan anak bangsa yang
sedang krisis moral ini.
Intervensi yang cocok agar pendidikan
karakter dapat terlaksana baik adalah dipandang perlu adanya pendidikan budi
pekerti selalu harus diadakan tidak saja di sekolah dasar tetapi juga di SMP,
SMA bahkan di perguruan tinggi. Dalam pendidikan tersebut perlu diupayakan nama
atau istilah muatan pendidikan budi pekerti itu sesuai dengan tingkatan peserta
didik. Karena pendidikan karakter bersumber dari berbagai keyakinan maka perlu
juga pemberi pendidikan memiliki ilmu sesuai dengan sumbernya itu. Misalnya
pendidikan karakter bersumber pada agama haruslah diberikan oleh pendidik yang
ahli dibidang agama yang dianut oleh peserta didik. Begitu juga karakter bisa
ditumbuhkan melalui kebiasaan masyarakat, dipandang perlu juga pendidiknya ahli
ilmu masyarakat (sosiolog).
Pendidikan karakter juga memiliki
tujuan untuk menghancurkan mental block. Mental block adalah
cara berpikir dan perasaan yang terhalangi oleh ilusi-ilusi yang sebenarnya
hanya membuat kita terhambat untuk melangkah menuju kesuksesan. Cara
mendeteksi mental block ini dapat dilakukan dengan
memerhatikan gejala-gejala awal yang biasanya dialami oleh si penderita seperti
suka mengeluh, memiliki virus perusak, konflik batin, tidak ada perubahan
kehidupan dan tidak mau mengambil resiko.
Virus-virus perusak tersebut adalah
menyalahkan, beralasan, pembenaran, gengsi, malas, takut, menunggu, tidak
percaya diri, dan buruk sangka. Manusia yang rawan terkena mental
block biasanya dilatarbelakangi oleh berbagai faktor yaitu: faktor
usia, faktor fisik, faktor pendidikan, faktor keturunan, faktor waktu, faktor
lingkungan, dan faktor masa lalu. Orang yang menderita penyakit mental
block biasanya akan mengalami kehidupan yang selalu gagal
terus-menerus, terpuruk dalam kehidupan dan tidak maju-maju.
Oleh sebab itu, pendidikan karakter
yang seharusnya ditanamkan oleh orang tua sejak dini juga sangat mempengaruhi
cara pikir individu tersebut kelak jika telah bisa menentukan jejak hidupnya
sendiri nanti. Tidak hanya sekolah yang berperan penting dalam memberikan
pendidikan karakter, akan tetapi lebih baik lagi jika ada dukungan keluarga
sebagai agen sosialisasi primer dan dukungan dari pemerintah sebagai pemberi
sarana dalam menunjang pembelajaran melalui pendidikan karakter yang dapat
diterapkan oleh berbagai kalangan anak mulai dari yang kurang mampu sampai
dengan anak yang berkecukupan.
Komentar
Posting Komentar