Blog ini berisi tulisan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi A UNJ angkatan 2015 tentang permasalahan pendidikan. Seluruh tulisan ini dibuat sebagai syarat mengikuti Ujian Akhir Semester mata kuliah Bahasa Indonesia, Juni 2016.



Rahma Syahfitri: Pendidik Sebagai Garda Terdepan Pendidikan Karakter


Problem kontemporer merupakan hal yang dapat mengancam disintegrasi bangsa saat ini, yang perkembangannya menyerang melalui generasi-generasi muda penerus bangsa. Generasi muda penerus bangsa yang miskin akan karakter diri dan  nilai-nilai pendidikan membuat bangsa rentan akan ancaman internal maupun eksternal hingga yang bersifat fisik maupun moral, hal ini tentu saja dapat mengancam integrasi bangsa. Maka pendidikan karakter dirasa tepat untuk mengatasi problem tersebut, mengapa harus pendidikan karakter?  

Di dalam pendidikan karakter ada penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri seseorang sehingga peserta didik belajar untuk menyadari dan menyelami nilai-nilai serta menempatkannya secara integral. Pendidikan karakter dapat menjadi pondasi bagi peserta didik agar mengerti bagaimana efek buruk bagi bangsa jika melakukan hal-hal tersebut. Sehingga akan merusak integrasi bangsa. Begitu pentingnya pendidikan karakter untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan kualitas berfikir dan perasaannya sehingga menjadi manusia yang memiliki budi pekerti yang berkarakter. Lalu bagaimanakah pendidikan karakter tersebut dapat berjalan dengan baik?

Intervensi yang cocok untuk meneguhkan bentuk dari pendidikan karakter yakni dengan SDM tenaga pendidik serta dari berbagai program sekolah yang mendukung terlaksananya pendidikan karakter yang sesuai untuk mengembangkan nilai moral, yang menekankan pada manfaat-manfaat bidang studi yang diajarkan serta pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari yang aspek-aspeknya sengaja dirancang dan dinilai hasilnya sebagai bentuk dari pendidikan karakter. Tenaga pendidik (guru) pun harus memiliki kesadaran kritis bukan hanya sebagai robot yang patuh menjalankan tugas sehingga pendidikan karakter akan berjalan hampa makna. Guru lah yang memiliki peran penting untuk mengeksekusi misi ini sebagai garda terdepan yang berinteraksi langsung dengan peserta didik. Pendidikan karakter di sekolah harus dioptimalkan melalui pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan dilingkungan sekolah seperti menanamkan karakter keimanan dan ketakwaan melalui pembiasaan agama yang sesuai dengan keyakinan masing-masing peserta didik, penanaman nilai agama menjadi pondasi awal untuk mengatasi dekadensi moral. Sekolah harus mengoptimalkan perannya sebagai lembaga pendidikan walaupun pada kenyataannya belum optimal, tetapi harus ada usaha-usaha yang dicetuskan untuk tetap mengoptimalkan pendidikan karakter.

Strategi intervensi penanaman pendidikan karakter juga dapat dilakukan melalui pendekatan sekolah  kepada keluarga peserta didik untuk pengembangan karakter yang baik, melalui pertemuan orang tua, keterlibatan orangtua dalam kegiatan sekolah dan buku penghubung laporan kegiatan belajar peserta didik. Intervensi sekolah terhadap siswa pun dapat melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Dengan adanya kolaborasi antara sekolah, orangtua dan peserta didik dapat membentuk peserta didik yang memiliki karakter kuat serta bermoral.  Jika misi pendidikan karakter ingin sukses menjawab permasalahan dekadensi moral, maka seluruh sistem yang ada di struktur pendidikan, guru, siswa instrumental input, serta enviromental input harus bekerjasama dan berjalan secara efektif apabila tidak ingin pendidikan karakter hanya sebatas jargon belaka.

Komentar