Blog ini berisi tulisan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi A UNJ angkatan 2015 tentang permasalahan pendidikan. Seluruh tulisan ini dibuat sebagai syarat mengikuti Ujian Akhir Semester mata kuliah Bahasa Indonesia, Juni 2016.



Satria Arumaji: Era Pendidikan yang Tak Ramah Pada Pendidik


Pendidikan merupakan hal yang mendasar dan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu pada zaman sekarang. Pendidikan merupakan modal utama untuk hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pendidikan merupakan sarana untuk mendapatkan hal-hal yang kita inginkan. Pendidikan layaknya harta yang bisa digunakan untuk mendapatkan berbagai macam hal yang diinginkan.

Pendidikan pasti membutuhkan sosok pendidik. Pendidik merupakan seseorang yang dapat memberikan teladan, mentransfer ilmu pengetahuan, serta memberikan pemahaman akan nilai serta norma yang berlaku dan seorang pendidik juga harus bisa membimbing peserta didiknya untuk menjadi individu yang memiliki manfaat bagi kehidupan masyarakatnya pada masa yang akan datang.

Menjadi seorang pendidik bukanlah hal yang mudah, kewajiban serta tanggung jawab yang besar telah menanti ketika seseorang memilih untuk menjadi seorang pendidik. Pendidik berkewajiban untuk membimbing peserta didik yang dipercayakan oleh keluarganya dididik dan diarahkan menjadi individu yang berkualitas dan berguna di dalam masyarakat.

Kewajiban dan tanggung jawab seorang pendidik sangat besar dan karena hal tersebut, seorang pendidik memiliki suatu penghormatan tersebut dari masyarakat. Seorang pendidik dianggap sebagai seseorang yang dapat membawa perubahan baik bagi peserta didiknya dan seorang pendidik diberikan kepercayaan oleh masyarakat untuk menjadikan peserta didik yang dididiknya. Pendidik juga memiliki suatu nilai kehormatan yang lebih dalam masyarakat sehingga selain diberi kepercayaan, seorang pendidik juga sangat dihormati dan dihargai.

Masyarakat telah percaya dengan seorang pendidik, hal-hal yang dilakukan oleh seorang pendidik dianggap hal yang baik bagi peserta didik tersebut. Masyarakat mempercayakan segala sesuatunya kepada pendidik, baik dalam memberikan pengajaran, memberikan pengetahuan dan juga memberikan hukuman apabila peserta didik tersebut melakukan hal-hal yang memang melanggar peraturan selama proses pengajaran dan pendidikan berlangsung dan itu dianggap hal yang wajar oleh masyarakat, karena hukuman yang diterima oleh peserta didik adalah timbal balik dari hal yang mereka lakukan dan juga hukuman tersebut dianggap oleh masyarakat dapat membuat peserta didik tersebut lebih baik dan itu bukan merupakan tindak kekerasan, melainkan suatu bentuk pembelajaran juga.

Gambaran mengenai pendidikan dan pendidik di atas, mungkin sudah tidak berlaku lagi pada saat ini. Pendidikan pada saat ini, sudah tidak ramah lagi dengan pendidik. Banyak kasus yang melibatkan seorang pendidik hingga masuk kedalam bui. Seorang pendidik yang berupaya mendidik peserta didiknya, banyak yang dilaporkan atas kasus kekerasan. Pendidikan saat ini sudah tidak melihat baiknya pengajaran yang diberikan oleh pendidik, melainkan hanya membela dan hanya menginginkan apa yang ingin dituju saja.

Banyaknya kasus yang ada, mungkin karena telah terjadi perubahan karakter pada masyarakat pada saat ini. Karakter masyarakat telah berubah dan tidak melihat bagaimana proses pendidikan tersebut berlangsung dan tidak melihat bagaimana awal mula seorang pendidik melakukan hal yang dianggap “kekerasan” pada peserta didiknya.

Dahulu, memberi hukuman pada peserta didik merupakan hal yang wajar dan itu sangat dimaklumi oleh orang tua peserta didik karena itu memang bagian dari pembelajaran bagi peserta didiknya. Berbeda dengan saat ini, kasus demi kasus bermunculan, banyak orang tua peserta didik yang melapor kepada pihak yang berwajib atas hukuman yang diberikan oleh pendidik dan akhirnya pendidik tersebut dihakimi oleh orang tua peserta didik tersebut dan yang lebih parah, ada yang sampai dibui dan tidak jarang kasus tersebut diputuskan tanpa melihat apa penyebab seorang pendidik melakukan hal tersebut kepada peserta didik tersebut dan langsung menyimpulkan sang pendidiklah yang salah.

Karakter dan nilai dalam masyarakat mungkin sudah berubah mengenai seorang pendidik, seharusnya pendidik yang dihormati dan dihargai atas segala jasanya dalam mendidik peserta didik, namun saat ini banyak mendapatkan perlakuan yang tidak seharusnya dari masyarakat ataupun orang tua dari peserta didik itu sendiri.

Seharusnya, pendidikan karakter dan pendidikan yang berbasis nilai mulai digalakkan lagi, agar semua elemen memiliki karakter yang memang menunjukan rasa hormat dan menghargai orang lain dan tidak bertindak semena-mena terhadap orang lain, termasuk dalam kasus pendidik yang sering mendapatkan hal-hal yang tidak pantas yang dilakukan kebanyakan orang tua dari peserta didik yang menganggap para pendidik tersebut tidak bisa mendidik anaknya dengan baik.

Seorang pendidik seharusnya menerima kepercayaan dan juga menerima penghargaan dari masyarakat atas segala kewajiban dan tanggung jawabnya yang telah membimbing peserta didik menjadi individu yang lebih baik, bukan mendapatkan hal yang tidak seharusnya mereka dapatkan. Kita harus mengerti dan harus mengetahui alasan seorang pendidik memberikan hukuman kepada peserta didik dan jangan menghakimi secara langsung tanpa tau apa penyebabnya. Karakter yang baik memang harus dimiliki setiap elemen agar tidak menyebabkan kerugian pada satu pihak dan dalam dunia pendidikan pun harus seperti itu, jangan sampai ada pendidik yang dihukum karena mendidik, itu hal yang sangat ironi. Seharusnya pendidikan menjadi jalan untuk menuntun individu menjadi lebih baik dengan perantara seorang pendidik dan jangan menjadikan pendidikan sebagai sesuatu yang tidak ramah bagi seorang pendidik.

Komentar