Blog ini berisi tulisan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi A UNJ angkatan 2015 tentang permasalahan pendidikan. Seluruh tulisan ini dibuat sebagai syarat mengikuti Ujian Akhir Semester mata kuliah Bahasa Indonesia, Juni 2016.



Anggi Pradita Istiani: Pendidikan Sebagai Pembentuk Jiwa Nasionalisme


Di era modernisasi ini perkembangan IPTEK sudah semakin hebat. IPTEK banyak memberikan manfaat yang besar, untuk membantu aktivitas manusia sehari-hari. Mulai dari kemudahan sarana komunikasi hingga, alat-alat canggih untuk membantu manusia. Namun, semakin canggih alat teknologi maka tidak lepas dari dampak negative yang ditimbulkan. Semua orang dapat dengan mudah, mengakses berbagai macam konten yang tersedia di internet. Konten yang ada di internet ada yang positif dan ada yang negative. Jika setiap individu tidak mampu menyaring dengan baik setiap informasi yang ada di internet, maka individu tersebut akan terjerumus ke dalam penyimpangan. Sekarang ini penyimpangan lebih dominan terjadi pada anak remaja hingga dewasa. Contoh dari penyimpangan tersebut adalah seks bebas, narkoba, miras, pencurian, pemerkosaan, penipuan, dll. Kenyataannya penyimpangan yang terjadi pada remaja saat ini, sangat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jika penyimpangan yang terjadi semakin besar, maka dapat dipastikan nilai-nilai budaya luhur di Indonesia akan semakin menghilang. Lalu, jika para pemuda Indonesia tidak memiliki jiwa nasionalisme maka bagaimanakah nasib Indonesia dimasa depan?

Oleh sebab itu, peran pendidikan sangat penting untuk memberikan upaya pencegahan terhadap penyimpangan dari dampak modernisasi tersebut. Dalam pendidikan, individu belajar bagaimana menjadi manusia yang memiliki pengetahuan dan akhlak yang baik. Pendidikan juga bisa sebagai alat untuk menjaga keutuhan Negara dan membangun jiwa nasionalisme pada setiap warga negaranya khususnya untuk para pemuda. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam pendidikan untuk membangun jiwa nasionalisme. Contohnya yaitu pendidikan karakter, yang sekarang ini mulai diterapkan di Indonesia karena sebagai wujud dari jawaban atas semakin daruratnya penyimpangan yang ada. Pendidikan seharusnya tidak terfokus hanya kepada nilai akademik yang di dapat oleh siswa, namun juga harus melihat dari sisi pembentukan karakter para siswa dalam mengikuti proses belajar. Padahal tujuan didirikannya pendidikan salah satunya yaitu untuk membentuk karakter pribadi manusia yang berjiwa nasionalisme. Banyak metode pembelajaran dan model pengajaran yang dapat diterapkan dalam pembentukan karakter nasionalisme.

Desain atau model yang tepat untuk pendidikan yang, membentuk jiwa nasionalisme adalah dengan menerapkan pendidikan karakter di setiap tingkat jenjang pendidikan. Pendidikan karakter adalah suatu tindakan manusia dalam dunia pendidikan dengan tujuan memperbaiki sikap dan perilaku individu untuk lebih mencintai tanah air agar menjadi manusia yang lebih bermoral dan bermartabat. Setiap mata pelajaran diwajibkan menerapkan nilai-nilai Pancasila tanpa adanya diskriminasi pada para peserta didik. Peserta didik akan ditanamkan nilai-nilai kebaikan yang terkandung dari setiap butir-butir Pancasila, untuk menjalankan kehidupan yang selalu berpedoman pada dasar Negara Indonesia. Nilai kebaikan yang paling dasar adalah kejujuran, setiap peserta didik harus jujur pada dirinya sendiri dan jujur kepada orang lain. Implemenetasi nilai kejujuran ini di sekolah yaitu dengan tidak mencontek saat mengerjakan ujian, tidak bolos sekolah, tidak mencuri, dll. Nilai displin implementasinya dengan datang ke sekolah tepat waktu. Nilai kerja keras yaitu dengan mengerjakan tugas dan ujian dengan sungguh-sungguh dengan kemampuan sendiri. Nilai mandiri yaitu dapat mengatur waktu dengan baik antara sekolah, organisasi, tugas sekolah, teman sebaya, dll. Nilai demokratis dengan menghargai setiap saran dan kritik orang lain dan tidak memaksa kehendak sendiri. Nilai religius yaitu percaya dan selalu mengingat adanya dosa, dunia akhirat dan hari akhir agar para peserta didik akan terus tetap istiqomah dalam menjalankan kehidupannya dengan berlandaskan ajaran-ajaran Tuhan YME.

Jika pendidikan karakter di sekolah masih dirasa belum optimal, maka langkah intervensi ekstrim selanjutnya yang dapat dilakukan yaitu dengan cara melaksanakan program pendidikan semi militer untuk para peserta didik minimal setahun sekali. Daripada para peserta didik diberikan program study tour yang manfaatnya kurang memberikan kontribusi dalam menerapkan nilai karakter nasionalisme. Maka dari itu, alangkah baiknya jika, sekolah juga memberikan program semi militer khusus untuk para peserta didiknya. Misalnya, pihak sekolah memberikan program khusus setahun sekali untuk mewajibkan para peserta didik ikut dalam pendidikan karakter yang di lakukan di tempat militer seperti TNI AU, AD, dan AL. Disini para peserta didik dilatih dengan cara semi militer oleh para tentara. Para peserta didik akan dibagi dalam beberapa kelompok dan nanti akan ada tantangan untuk menilai seberapa kompak kelompoknya tersebut. Manfaat dari program tersebut salah satunya yaitu, para peserta didik bisa sedikit merasakan kehidupan sehari-hari para tentara yang berperan besar dalam menjaga keutuhan Negara dan pengalaman itu tidak bisa di dapatkan di dalam proses belajar di sekolah.

Selain menerapkan pendidikan karakter di sekolah, tidak cukup rasanya jika di lingkungan sekitar tempat tinggalnya tidak ikut andil dalam menerapkan nilai-nilai kebaikan. Di dalam keluarga, seharusnya kedua orang tua menerapkan pendidikan karakter kepada anaknya namun tidak sampai otoriter, minimal tidak apatis atau peduli pada aktivitas anaknya setiap hari. Orang tua di harus meluangkan waktunya untuk melakukan sharing setiap harinya dan memberi solusi pada setiap problem yang sedang dihadapi oleh anaknya. Selain itu, menerapkan aturan pembatasan jam malam untuk anaknya agar si anak tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Manfaat dari hal tersebut yaitu si anak akan merasakan bahwa orang tuanya peduli dengannya dan lebih percaya diri dalam mengatasi setiap problem yang terjadi di dalam hidupnya.

Komentar