Di era modernisasi ini perkembangan
IPTEK sudah semakin hebat. IPTEK banyak memberikan manfaat yang besar, untuk
membantu aktivitas manusia sehari-hari. Mulai dari kemudahan sarana komunikasi
hingga, alat-alat canggih untuk membantu manusia. Namun, semakin canggih alat
teknologi maka tidak lepas dari dampak negative yang ditimbulkan. Semua orang
dapat dengan mudah, mengakses berbagai macam konten yang tersedia di internet.
Konten yang ada di internet ada yang positif dan ada yang negative. Jika setiap
individu tidak mampu menyaring dengan baik setiap informasi yang ada di
internet, maka individu tersebut akan terjerumus ke dalam penyimpangan.
Sekarang ini penyimpangan lebih dominan terjadi pada anak remaja hingga dewasa.
Contoh dari penyimpangan tersebut adalah seks bebas, narkoba, miras, pencurian,
pemerkosaan, penipuan, dll. Kenyataannya penyimpangan yang terjadi pada remaja
saat ini, sangat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Jika penyimpangan yang terjadi semakin besar, maka dapat dipastikan nilai-nilai
budaya luhur di Indonesia akan semakin menghilang. Lalu, jika para pemuda
Indonesia tidak memiliki jiwa nasionalisme maka bagaimanakah nasib Indonesia
dimasa depan?
Oleh sebab itu, peran pendidikan
sangat penting untuk memberikan upaya pencegahan terhadap penyimpangan dari
dampak modernisasi tersebut. Dalam pendidikan, individu belajar bagaimana
menjadi manusia yang memiliki pengetahuan dan akhlak yang baik. Pendidikan juga
bisa sebagai alat untuk menjaga keutuhan Negara dan membangun jiwa nasionalisme
pada setiap warga negaranya khususnya untuk para pemuda. Banyak cara yang dapat
dilakukan dalam pendidikan untuk membangun jiwa nasionalisme. Contohnya yaitu
pendidikan karakter, yang sekarang ini mulai diterapkan di Indonesia karena
sebagai wujud dari jawaban atas semakin daruratnya penyimpangan yang ada. Pendidikan
seharusnya tidak terfokus hanya kepada nilai akademik yang di dapat oleh siswa,
namun juga harus melihat dari sisi pembentukan karakter para siswa dalam
mengikuti proses belajar. Padahal tujuan didirikannya pendidikan salah satunya
yaitu untuk membentuk karakter pribadi manusia yang berjiwa nasionalisme.
Banyak metode pembelajaran dan model pengajaran yang dapat diterapkan dalam
pembentukan karakter nasionalisme.
Desain atau model yang tepat untuk
pendidikan yang, membentuk jiwa nasionalisme adalah dengan menerapkan
pendidikan karakter di setiap tingkat jenjang pendidikan. Pendidikan karakter
adalah suatu tindakan manusia dalam dunia pendidikan dengan tujuan memperbaiki
sikap dan perilaku individu untuk lebih mencintai tanah air agar menjadi manusia
yang lebih bermoral dan bermartabat. Setiap
mata pelajaran diwajibkan menerapkan nilai-nilai Pancasila tanpa adanya
diskriminasi pada para peserta didik. Peserta didik akan ditanamkan nilai-nilai
kebaikan yang terkandung dari setiap butir-butir Pancasila, untuk menjalankan
kehidupan yang selalu berpedoman pada dasar Negara Indonesia. Nilai
kebaikan yang paling dasar adalah kejujuran, setiap peserta didik harus jujur
pada dirinya sendiri dan jujur kepada orang lain. Implemenetasi nilai kejujuran
ini di sekolah yaitu dengan tidak mencontek saat mengerjakan ujian, tidak bolos
sekolah, tidak mencuri, dll. Nilai displin implementasinya dengan datang ke
sekolah tepat waktu. Nilai kerja keras yaitu dengan mengerjakan tugas dan ujian
dengan sungguh-sungguh dengan kemampuan sendiri. Nilai mandiri yaitu dapat
mengatur waktu dengan baik antara sekolah, organisasi, tugas sekolah, teman
sebaya, dll. Nilai demokratis dengan menghargai setiap saran dan kritik orang
lain dan tidak memaksa kehendak sendiri. Nilai religius yaitu percaya dan
selalu mengingat adanya dosa, dunia akhirat dan hari akhir agar para peserta
didik akan terus tetap istiqomah dalam menjalankan kehidupannya dengan
berlandaskan ajaran-ajaran Tuhan YME.
Jika pendidikan karakter di sekolah
masih dirasa belum optimal, maka langkah intervensi ekstrim selanjutnya yang
dapat dilakukan yaitu dengan cara melaksanakan program pendidikan semi militer
untuk para peserta didik minimal setahun sekali. Daripada para peserta didik
diberikan program study tour yang manfaatnya kurang memberikan kontribusi dalam
menerapkan nilai karakter nasionalisme. Maka dari itu, alangkah baiknya jika,
sekolah juga memberikan program semi militer khusus untuk para peserta
didiknya. Misalnya, pihak sekolah memberikan program khusus setahun sekali
untuk mewajibkan para peserta didik ikut dalam pendidikan karakter yang di
lakukan di tempat militer seperti TNI AU, AD, dan AL. Disini para peserta didik
dilatih dengan cara semi militer oleh para tentara. Para peserta didik akan
dibagi dalam beberapa kelompok dan nanti akan ada tantangan untuk menilai
seberapa kompak kelompoknya tersebut. Manfaat dari program tersebut salah
satunya yaitu, para peserta didik bisa sedikit merasakan kehidupan sehari-hari
para tentara yang berperan besar dalam menjaga keutuhan Negara dan pengalaman
itu tidak bisa di dapatkan di dalam proses belajar di sekolah.
Selain menerapkan pendidikan karakter
di sekolah, tidak cukup rasanya jika di lingkungan sekitar tempat tinggalnya
tidak ikut andil dalam menerapkan nilai-nilai kebaikan. Di dalam keluarga,
seharusnya kedua orang tua menerapkan pendidikan karakter kepada anaknya namun
tidak sampai otoriter, minimal tidak apatis atau peduli pada aktivitas anaknya
setiap hari. Orang tua di harus meluangkan waktunya untuk melakukan sharing
setiap harinya dan memberi solusi pada setiap problem yang sedang dihadapi oleh
anaknya. Selain itu, menerapkan aturan pembatasan jam malam untuk anaknya agar
si anak tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Manfaat dari hal tersebut
yaitu si anak akan merasakan bahwa orang tuanya peduli dengannya dan lebih
percaya diri dalam mengatasi setiap problem yang terjadi di dalam hidupnya.
Komentar
Posting Komentar